Buku ini jadi salah satu buku yang paling lama saya baca. Memang saya bukan termasuk dalam kriteria pembaca buku cepat, saya cenderung menikmati apapun yang saya baca. Tapi jujur, saya membutuhkan waktu lebih untuk mencerna buku ini. Bukan saja karena saya membaca versi Bahasa Inggris-nya, tapi juga mencernanya pun juga butuh waktu.
Gaya bahasa yang ditulis oleh Ben Graham — untuk saya yang Toefl-nya pas-pasan — agak susah dimengerti karena sepertinya banyak menggunakan gaya bahasa saat itu di tahun 1960-1970-an. Untung saja edisi-edisi terbaru buku ini yang beredar di pasaran saat ini sudah dilengkapi dengan komentar oleh Jason Zweig. Jason menulis komentar di setiap akhir bab dengan tujuan untuk memperjelas apa yang berusaha diutarakan oleh Ben Graham, serta berusaha mencari perbandingan masalah yang relevan dengan kondisi saat ini (Buku milik saya berisi komentar Jason dengan setting kondisi pasar modal Amerika Serikat di akhir 1990-an hingga awal 2000-an).
Andai saja, jika saya berhasil mendapatkan yang versi Bahasa Indonesia, mungkin saya akan lebih mudah memahami apa yang ingin disampaikan oleh Ben Graham. Namun, karena banyak sekali istilah di dunia investasi pasar modal yang menurut saya akan terasa aneh jika harus ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia, saya merasa sudah tepat jika membaca buku ini dalam versi bahasa aslinya. Bagaimana menurut Anda?
Buku ini disebut oleh Warren Buffett sebagai “Once of the best book about investing ever written”. Saya setuju dengan beliau. Apa yang disampaikan oleh Ben Graham menurut saya masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Pondasi dasar analisa fundamental atas kinerja sebuah perusahaan banyak disampaikan olehnya di buku ini. Secara ringkas, kira-kira inilah beberapa poin inti yang disampaikan Ben Graham melalui buku legendaris ini:
PERBEDAAN INVESTASI DENGAN SPEKULASI
Di bab pertama buku ini, Ben Graham langsung menyerang mindset kita. Ia berusaha memperjelas apa perbedaan antara spekulator dengan investor. Menurutnya, investasi adalah…
“… one which, upon thorough analysis promises safety of principal and an adequate return. Operations not meeting these requirements are speculative.”
Benjamin Graham (p. 18)
Menurutnya, investor adalah mereka yang melakukan analisa mendalam terhadap sebuah perusahaan, untuk mendapatkan kepastian keamanan demi mendapatkan hasil terbaik. Singkat kata, mereka yang membeli saham tanpa melakukan analisa terlebih dahulu, secara tegas Ben Graham menyebutnya sebagai spekulator.
Bahkan bisa saya sedikit simpulkan, Ben Graham berusaha menjelaskan kepada kita bahwa investor cerdas (Intelligent Investor) adalah investor yang sangat konservatif dan ekstra hati-hati.
DEFENSIVE INVESTOR VS AGGRESSIVE INVESTOR
Kemudian Ben Graham juga membagi investor menjadi dua tipe, yakni Defensive Investor dan Aggressive Investor. Defensive Investor menurutnya adalah investor yang fokus ke keamanan investasi sekaligus kebebasan. Investor ini mendapatkan imbal hasil yang menurut Graham ia sebut “rata-rata sesuai kondisi normal — jika kondisi ini memang ada.
Sedangkan Aggressive Investor adalah mereka yang ingin mendapatkan imbal hasil investasi lebih besar dibandingkan Defensive Investor, dengan memastikan bahwa hasil yang ia dapatkan tidak boleh lebih buruk.
DEFENSIVE INVESTOR
Berikut adalah beberapa poin “aturan” seseorang yang ingin menjadi defensive investor:
- Defensive Investor mengalokasikan dananya sekurang-kurangnya 25% dan tidak lebih dari 75% ke saham.
- Defensive Investor cenderung memilih saham-saham umum (common stocks) yang populer namun relatif aman secara fundamental.
- Ada beberapa elemen cara aman menurut Ben Graham jika Anda ingin berinvestasi ke saham-saham umum, yakni:
- Setidak-tidaknya Anda mendifersifikasikan dana Anda ke minimal 10 perusahaan dan maksimum ke 30 perusahaan.
- Masing-masing perusahaan tersebut haruslah besar, unggul, dan konservatif secara finansial.
- Masing-masing perusahaan harus sudah rutin membagikan dividen minimal 10 tahun terakhir.
- Price/Earning Ratio perusahaan tersebut tidak boleh lebih dari 25 kali.
- Pendapatan atau laba perusahaan harus setidaknya stabil atau tumbuh di 10 tahun terakhir.
- Price/Book Ratio memiliki angka tidak lebih dari 1,5 kali.
- Defensive Investor melakukan inspeksi secara periodik setidaknya setahun sekali terhadap kualitas saham-saham yang ada di portfolionya.
- Bermain aman dan rendah risiko melakukan metode Dollar-Cost Averaging untuk berinvestasi.
AGGRESSIVE INVESTOR
Sedangkan untuk Aggressive Inverstor atau yang Ben Graham juga sebut dengan Enterprising Investor, berikut adalah beberapa aturan menurutnya:
- Jika membeli saham-saham Common Stocks, maka karakter enterprising investor dapat diklasifikasikan menjadi berikut:
- Membeli di harga pasar rendah dan menjualnya di harga pasar tinggi.
- Membeli “growth stock” dengan sangat hati-hati.
- Membeli di kondisi penawaran khusus.
- Membeli di situasi-situasi khusus.
- Ben Graham juga memberi saran bagi Enterprising Investor untuk membeli saham-saham perusahaan dengan kondisi seperti berikut ini:
- Perusahaan relatif tidak populer tapi ukurannya besar.
- Membeli Bargain Issue.
- Situasi spesial seperti sebuah perusahaan akan mengakuisisi perusahaan lain.
- Aggressive Investor cenderung memilih saham-saham kedua, atau yang dikatakan sebagai saham-saham tidak populer, namun memiliki beberapa kondisi seperti berikut ini:
- Perusahaan tersebut saat ini setidaknya memiliki aset 1,5 kali dari liabilitasnya. Sedangkan untuk perusahaan industri setidaknya memiliki rasio hutang terhadap aset 110%.
- Pendapatan perusahaan stabil dan tidak defisit di lima tahun terakhir, atau lebih baik lagi sedang bertumbuh stabil.
- Dividen terbayar rutin di tahun-tahun sebelumnya.
- Harga kapitalisasi pasarnya tidak lebih 120% dari nilai tangible assetnya.
MARGIN OF SAFETY
Hal terakhir yang menurut Ben Graham yang paling penting adalah Margin of Safety. Margin of Safety adalah kondisi aman yang jika saja perusahaan yang kita beli sahamnya jatuh, kita masih memiliki margin yang aman. Margin of Safety menjadi senjata aman untuk kita meminimalisir risiko.
Berikut adalah beberapa caranya:
- Diversifikasi. Tak hanya mendiversifikasikan dana investasi kita di obligasi dan saham, namun di porsi saham juga wajib kita diversifikasikan.
- Membeli saham perusahaan di harga yang “masuk akal” atau tidak terlampau tinggi. Kita bisa memakai metode rasi P/E, PBV, atau juga Enterprice Value.
- Memahami dengan sangat mendalam bisnis yang dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya akan kita beli.
Saya kira sedikit saja ringkasan yang ingin saya sampaikan dari buku ini. Jika Anda juga sudah membaca atau ingin mendiskusikan sesuatu silahkan saja isi kolom komentar yang ada di bawah ini.
Akhir kali, saya ingin mengutip satu ungkapan yang Benjamin Graham tulis di bab akhir buku ini:
“Know what you are doing — know your business.
Benjamin Graham, p. 523