Categories
Resensi Buku

Resensi buku #5: Sang Ahli Kimia by Stephanie Meyer

Jujur. Dengan segala hormat, dan permohonan maaf untuk Stephanie Meyer beserta seluruh penggemarnya, saya tidak suka novel ini. Bukan karena tulisan yang buruk, atau mungkin sesuatu yang rumit lainnya, saya tidak suka novel ini murni karena selera.

Ya! Saya salah pilih novel! Saya penikmat sains dan saya sangat tergiur dengan sinopsis yang tercetak di cover belakang novel ini. Coba simak baik-baik:

Namun apa yang saya dapat? Bukan novel berbalut sains, namun drama yang hanya sedikit sekali dibumbui sains. Jika saya ilustrasikan, mungkin sains kimia yang dibahas di dalam novel ini hanya sekitar 10% saja, dan sisanya? Drama. Murni drama.

Seberapa dramatisnya?

Novel ini sedramatis sinetron serial striping drama atau film dramatis semacam trilogi Twilight. Oleh karena ini saya berani bilang, saya tidak suka novel ini murni karena selera. Jika Anda penikmat drama, baca novel ini! Tapi jika Anda penikmat novel laga, JANGAN!

Dan ini serius! Kalau saya bilang jangan ya jangan! Dua bulan saya berkutat dengan novel ini, dan apa yang terjadi? Saya belum selesai membacanya! Sesuatu yang sangat tidak benar!

Bahkan hingga beberapa paragraf resensi ini ditulis, saya belum sepenuhnya selesai membaca novel tersebut. Tangan saya sudah gatal ingin komentar.

5C5670A1-845F-4A62-8F07-78F0677C2CB0

(…. Setelah beberapa hari kemudian….)

Dan akhirnya saya berhasil selesai membaca novel ini. Thanks God!

Satu hal yang perlu saya beri komentar adalah, tulisan Meyer terlalu bertele-tele. Sungguh, ini sisi negatif novel ini. Meyer terlalu lama dan terlalu rumit membahasakan benak tokoh utama novel ini. Bagaimana tidak, hanya untuk sebuah kebingungan sang tokoh, Meyer menggambarkannya tidak cukup hanya dengan satu, dua, atau tiga paragraf saja. Bahkan hingga satu halaman penuh. Sangat tidak menarik! Dengan sedikit rasa jengkel (maaf jika subjektif), mungkin cerita di dalam novel ini jika ditulis oleh Dan Brown hanya akan sesingkat 100 halaman. Tidak lebih.

Dan Stephanie Meyer menuliskan novel ini hingga lebih dari 500 halaman.

Sepanjang membaca novel ini saya terus-menerus bertanya kapan semua ini akan berakhir. Setelah berakhir, sungguh, saya benar-benar bersyukur.

Sekali lagi, maaf beribu maaf saya tujukan untuk Stephanie Meyer beserta seluruh penggemarnya jika ulasan saya ini terlalu offensive. Saya hanya ingin mencurahkan kekecewaan saya. Karena bagaimana tidak, selera menulis saya ikut drop juga salah satunya disebabkan oleh salah pilih novel.

*Sekian*

Tinggalkan Jejak Anda di Sini